Semarang – Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Pelayanan Rohani Mahasiswa Katolik Universitas Semarang (PRMK USM) melaksanakan kegiatan Ziarah & Bakti Sosial yang dilaksanakan di Taman Doa Bunda Maria Ngaliyan pada tanggal 23 Maret 2024. Kegiatan PRMK USM selalu berhubungan dengan pelayanan yang membangun suatu poin-poin kepribadian, dimana poin-poin kepribadian yaitu membentuk iman takut akan Tuhan, kepedulian sosial, kesadaran, kreativitas, inovasi, dan fleksibilitas.
Menurut Ketua Panitia, Merlyana Marlinda, bahwa tujuan dari kegiatan ini adalah menjalin keharmonisan dan kekeluargaan yang lebih erat antar anggota, mengumpulkan dan mengakrabkan, menumbuhkan kepedulian, kesadaran dan solidaritas sosial, serta membangun kreativitas dan inovasi anggota PRMK USM.
Anggiat Saut Maruba Tamba sebagai penanggung jawab dalam kegiatan ini mengatakan, dipilihnya lokasi Taman Doa Bunda Maria karena kurang terawat dari pengelola Taman Doa dan terlihat kurang baik bagi peziarah dan pengunjung.
“Saya berharap dengan membersihkan Taman Doa diharapkan semakin banyak perziarah datang,”ungkapnya.
Aloysius Untung Sudono yang biasa dipanggil dengan sebutan Pak Untung merupakan salah satu pengurus Panti Asuhan Wikrama Putra sekaligus pengelola dari Taman Doa Bunda Maria Ngaliyan.
“Asal mula dari Taman Doa Bunda Maria Ngaliyan ini tidak jauh dengan sejarah dari riwayat dusun Ngaliyan, dimana dusun Ngaliyan dicetuskan oleh warga karena nama daerah tersebut diambil dari nama Bah Ngaliyan yang bernama asli Ang Lie Yan yang merupakan Keturunan Chinese, namun warga pedesaan lebih gampang menyebutnya Aliyan atau Babah Aliyan. Bah Aliyan babak alas dan membangun desa yang semula berupa tanah gersang belum menghasilkan apapun dan belum pernah digarap. Tidak lama kemudian, daerah tersebut inipun menjadi subur, sawah ladang terbentang dimana-mana dan bermacam tanaman serta buah-buahan mulai tumbuh,”ucapnya.
Dia menambahkan asal mula adanya Taman Doa Gua Maria Ngaliyan yang didahului dengan Panti Asuhan Wikrama Putra. Dimana Panti Asuhan tersebut yang kurang lebih 40 (empat puluh) tahun yang lalu terbentuk dari Romo Henricus Constant van Deinse SJ yang bersedia memungut dan membesarkan anak-anak yang yatim dan/atau piatu, namun lebih tepat dikatakan tempat anak terbuang dan ditolak oleh masyarakat karena merupakan anak yang tidak diinginkan oleh orang tuanya, anak-anak itu terlahir tanpa dosa.