Semarang –Pada tanggal 9 September 2023, UKM Pilus (Pusat Informasi dan Layanan Konseling), salah satu UKM yang mewadahi mahasiswa jurusan psikologi di Universitas Semarang mengadakan workshop pelatihan konseling sebaya yang khusus diperuntukkan bagi anggota UKM tersebut dan dihadiri oleh 63 peserta.
Pelatihan ini diketuai oleh Maulinda Jinny Wulandari dengan mengangkat tema yang sering dijumpai di lingkungan sosial, yaitu “Relationships with Brokenness.” Isu broken home merupakan salah satu kasus yang bisa menyebabkan permasalahan kesehatan mental. Dengan adanya pelatihan ini, anggota UKM Pilus diharapkan bisa berkontribusi menjadi perpanjangan tangan bagi para penyintas.
Acara inti dibuka dengan sambutan dari Pembina UKM Pilus, Ibu Anna Dian Savitri. Beliau berharap semoga pelatihan ini bisa membekali peserta dengan ilmu yang bermanfaat bagi masyarakat sehingga bisa menjadi kebanggaan universitas. Beliau juga berharap agar pelatihan-pelatihan selanjutnya mengangkat tema yang relevan dengan permalahan yang ditemui dalam masyarakat.
Wakil Rektor 3 juga turut menghadiri acara ini. “Pelatihan ini tentunya bisa melatih mahasiswa psikologi untuk membantu menangani masalah-masalah psikologis. Pelatihan sejenis ini perlu diperbanyak lagi sehingga bisa mahasiswa dan UKM bisa sama-sama maju untuk ke depannya,” ujar Wakil Rektor 3 dalam sambutannya.
Sementara itu, Ibu Sri Widyawati , S. Psi., M. Si., Psikolog sebagai narasumber pelatihan menyatakan bahwa brokenness merupakan keadaan yang bisa menghancurkan seseorang. Dalam konteks broken home, kehancuran atau perpecahan yang terjadi dalam ssebuah keluarga terjadi bukan hanya karena perceraian, namun juga karena kegagalan anggota keluarga dalam menjalankan tugasnya seperti orang tua yang tidak bertanggung jawab dan kurang matang, faktor finansial, tingkat pengetahuan tentang konsep rumah tangga, kurangnya hubungan orang tua dan anak, dan kurangnya kedekatan dengan Tuhan.
Solusi untuk permasalahan di atas adalah dengan cara lebih meningkatkan spiritualitas diri, berpikir postif, mencari tempat untuk berbagi, dan melakukan kegiatan yang positif agar lebih produktif dan hidup semakin berkualitas. Tentu saja, bantuan profesional juga bisa digunakan agar semakin mudah terlepas dari mental yang tidak sehat akibat broken home, misalnya lewat konseling.