Semarang-Founder Locality Indonesia, Muhammad Ali Shodiqi STp mengatakan, di masa depan teknologi pertanian akan menjadi jurusan paling seksi.
”Jerome Polin, seorang sarjana Matematika membangun bisnis minuman buah merek Menantea, Shinta Nur Fauzia sarjana hukum menjadi CEO Lemonilo, dan Dr Amadeus Driando Ahnan yang berhasil memasarkan tempe ke masyarakat Eropa,” Kata Ali.
Menurutnya, era digital membuat banyak orang mengesampingkan hasil pertanian. Padahal banyak orang yang sukses membangun bisnin F&B (food and beverage, makanan dan minuman).
“Mempelajari teknologi pertanian sangatlah menguntungkan karena semua orang membutuhkan makan, mulai dari kalangan bawah, menengah, dan atas, bayi, dewasa hingga tua,” tambahnya.
Kebutuhan pangan tidak ada habisnya.Potensi krisis iklim dunia mengakibatkan produksi pertanian berkurang 1% setiap tahun, tetapi populasi manusia bertambah 1%.
“Selama pandemi sebanyak 75% konsumen mulai mengonsumsi makanan yang lebih sehat,” jelasnya.
Dengan banyaknya permintaan kebutuhan pangan, Indonesia belum optimal dalam memanfaatkan sumber daya bahan lokal desa.
“Indonesia memiliki hasil tanaman umbi dan serealia yang bebas gluten (protein dalam biji-bijian) secara natural dan memiliki potensi singkong terbesar ke-2 di dunia,” ungkapnya.
Menurutnya, prospek pasar makanan sehat sangat bagus di masa depan, sehingga dibutuhkan keahlian di bidang teknologi pertanian untuk membuat berbagai inovasi baru.
Dosen FTP USM, Dr Rohadi MP mengatakan, aspek yang dipertimbangkan seseorang dalam memilih pangan di antaranya citarasa, nutrisi yang terkandung, kesehatan, dan spiritual.
“Aspek spiritual contohnya adalah makanan yang dipilih berdasarkan kriteria keagamaan, yang dilarang dan diperbolehkan,” tambahnya.
Melihat banyaknya orang yang sadar akan hidup sehat, inovasi pangan yang mengedepankan aspek kesehatan berpeluang besar untuk diminati masyarakat. Hal itu dapat diwujudkan dengan inovasi pangan fungsional atau pangan berklaim.
Dia mengatakan, pangan fungsional berbeda dengan pangan biasa.
“Pangan fungsional bukanlah pangan biasa karena itu tidak hanya pangan yang bernutrisi tetapi pangan yang berklaim,” ujarnya.
Pangan fungsional adalah pangan yang mengandung komponen yang bermanfaat meningkatkan fungsi fisiologis tertentu atau mengurangi sakit dengan bukti kajian ilmiah.
“Tuntutan inovasi pangan yang kian ketat membuat kita harus bisa menciptakan kreasi yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen. Semoga workshop ini dapat memberikan ilmu bermanfaat serta keinginan untuk terus berkreasi,” tandasnya.
Ketua Panitia, Fitria Indriansah mengatakan, tujuan workshop adalah untuk menambah wawasan mahasiswa mengenai pangan fungsional.
”Saat ini pangan fungsional sedang berada pada puncak berkembang. Jadi tujuan workshop ini agar wawasan mahasiswa lebih luas dan termotivasi membuat pangan fungsional tersebut dengan menghadirkan praktisi,” pungkasnya.